Mendaki Gunung Sudah Biasa, Kami Naik Level dengan Membuat Gunung

 


Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, ada kelompok pemuda yang menemukan cara unik untuk menyatukan kecintaan mereka terhadap alam dan tradisi. Biasanya, mereka dikenal sebagai para pendaki gunung yang sering menghabiskan waktu menjelajahi puncak-puncak tertinggi di negeri ini. Namun, kali ini bukan itu yang akan menjadi judulnya, melainkan mereka para guru muda dari SMK PSM 1 Kedunggalar yang memutuskan untuk naik level dengan menciptakan sesuatu yang lebih kreatif dan penuh makna dalam menyongsong Kemerdekaan Republik Indonesia ke-79, dan kami menyebutnya puncak gunung Skapsada.


Sebenarnya tradisi membuat gunungan adalah bagian dari berbagai upacara adat di Indonesia, yang biasanya melibatkan tumpukan hasil bumi seperti sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian. Gunungan ini kemudian diarak dan dibagikan kepada masyarakat sebagai simbol syukur atas panen yang melimpah. Mengambil inspirasi dari tradisi ini, para guru di SMK PSM 1 Kedunggalar yang biasanya menaklukkan materi demi materi untuk diajarkan kepada para siswa kini beralih untuk menaklukkan tantangan baru membuat gunungan sayuran bersama siswa mereka.



Membuat gunungan sayuran bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan perencanaan, kerja sama, dan kreativitas untuk menyusun berbagai jenis sayuran menjadi sebuah karya seni yang megah. Pak Danang selaku ketua tim mengkomando dengan memulai dari mengumpulkan berbagai jenis sayuran segar dari tanaman yang sebelumnya telah ditanam oleh siswa, dan juga beberapa rekanan guru yang berdonasi sayur seperti wortel, kubis, terong, cabai, dan jagung. Setiap sayuran dipilih dengan cermat, memperhatikan kualitas dan warna untuk memastikan gunungan yang mereka buat tidak hanya kokoh, tetapi juga indah dipandang.


Proses penyusunan gunungan ini melibatkan seluruh anggota tim, di mana mereka bekerja sama untuk menempatkan sayuran-sayuran tersebut dengan rapi dan seimbang. Setiap anggota memberikan kontribusi, baik dalam bentuk ide kreatif maupun tenaga untuk merangkai gunungan setinggi hampir dua meter, bahkan prosesnya sendiri berlangsung selama lebih dari sepekan termasuk uji coba. Ini bukan hanya tentang menghasilkan karya, tetapi juga tentang mempererat hubungan dan kerja sama satu sama lain.


Tidak hanya dalam kreativitas, tetapi juga dalam kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat. Mereka telah membuktikan bahwa mencintai alam yang sesuai dengan semboyan gemah ripah loh jinawi bisa dilakukan dengan berbagai cara, dan bahwa membuat gunungan bukan hanya soal keindahan dan ketinggian, tetapi juga soal memberi kembali kepada bumi yang telah memberikan begitu banyak.



Melalui Gunungan yang dibawa sewaktu karnaval, kontingen SMK PSM 1 Kedunggalar, memang kalah di atas gelanggang jalan, tak mampu merobohkan kontingen lain, dan cukup berpuas pulang dengan predikat juara kedua. Tak masalah, kekalahan ini membuat kita belajar, bahwa percaya diri dengan swadaya dari guru dan murid saja tak cukup, perlu akrobat lain agar Skapsada dengan banyaknya siswa yang kreatif dapat menggebrak penilaian dengan cara lain. SMK PSM 1 Kedunggalar memang tidak bisa merebut juara satu di karnaval tahun ini, tapi soal membuat gunung, inshallah kami juara. Sekolah Kreatif dan Mandiri nih! Swenggol Dwong!



Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url